Saturday 29 June 2013

Jadi Brayer dengan Penghasilan 2 juta Sebulan

Setelah lebih dari 15 tahun bekerja kantoran di bidang perbankan dan teknologi informasi, Reni Heryani memutuskan untuk menjadi brayer. Dorongan utama menjadi brayer adalah karena dia menyadari dirinya sebagai seorang istri sekaligus seorang ibu.
“Sejak tiga tahun yang lalu sebelum resign saya sudah mulai fokus pada mimpi saya sebagai 'home working mom'. Banyak informasi yang saya dapat tapi kebanyakan tentang affiliate marketing, MLM online, bahkan yang lebih parah lagi banyak informasi sampah mengenai bekerja dari rumah. Ini saya saring,” ujarnya.
Setelah browsing sana sini mulailah Reni berkenalan dengan sebuah Tiny Jobs Indonesia. Saat itu dia belum terjun menjadi brayer, baru sebatas ingin tahu saja. Tetapi perkenalannya dengan dunia  brayer itu membuka matanya, bahwa pekerjaan yang didambakannya itu ada! Karena masih sibuk dengan pekerjaan yang ia tangani, baru enam bulan lalu Reni memutuskan dengan yakin untuk mengundurkan diri dan fokus sebagai  braye.
“Akhirnya mendapat project pertama saya sebagai translator, yang berlanjut pada beberapa project berikutnya dengan penghasilan dalam rupiah setiap bulannya. Sekarang saya optimis bahwa mimpi saya sebagai 'home working mom' bisa terwujud,” ujarnya lugas.
Dengan menjadi  brayer , Reni merasa mampu menyelesaikan pekerjaan dari rumah, tanpa harus pusing dengan tekanan dari pimpinan, kemacetan, dan masalah anak-anak. Sebab, sekarang ia bisa mendapatkan uang sekaligus punya waktu lebih banyak bersama anak-anak.
“Mungkin secara jumlah memang belum sebesar gaji saya waktu bekerja dulu. Tapi saya merasa ‘nilainya’ jadi jauh lebih besar dari yang selama ini saya dapatkan, karena waktu bersama keluarga dan bisa bekerja dari rumah,” paparnya.
Menurut Reni menjadi  brayer mempunyai kelebihan dan juga kekurangan. Hal yang menyenangkan yakni bisa bekerja dari rumah, bisa memilih pekerjaan yang sesuai dengan keahlian, dan bisa menentukan sendiri besaran upah. Selain itu, seorang  brayer bisa setiap saat memutuskan berhenti ketika yang memberikan project ( user ) diketahui tidak jujur dan menuntut berlebihan. Kalau kerja kantoran, kata dia, hal ini tidak bisa dilakukan karena ada saat suka tidak suka, tetap bekerja.
“Ketika menjadi  brayer kita bekerja dengan waktu yang fleksiblel, karena setiap kita mem-bidding suatu project, kita bisa menawar sendiri berapa lama proyek tersebut bisa kita kerjakan sesuai dengan job desk pekerjaan tersebut,” tambahnya.
Sementara itu, menjadi brayer bukan berarti tidak ada kekurangannya. Menjadi  brayer jelas membuat kita tidak bisa mendapatkan uang dengan besaran yang tetap setiap bulannya (seperti saat menerima gaji tetap kalau kita bekerja di kantor). Penghasilan sebagai  brayer tergantung banyaknya proyek dan nilai proyek yang kita dapat setiap bulannya. Artinya, bisa lebih besar atau lebih kecil.
Untuk mendapatkan suatu proyek kita harus melakukan tawar-menawar untuk proyek-proyek sesuai keahlian kita. Hal ini tidak mudah karena harus bersaing dengan  brayer yang lain. Tetapi menurut Reni, justru di bagian itulah tantangannya.
Apa saja proyek yang bisa ditangani?

Reni membeberkan bahwa proyek yang masih ia jalani saat ini adalah menjadi translator atau penerjemah bahasa. “Saya mencoba untuk ikut mem-bidding proyek menjadi translator yang kebetulan saat itu ditawarkan oleh user untuk menjadi translator bahasa Inggris-Indonesia.
“Awalnya percaya diri saja, merasa saya punya skill untuk itu. Saya ikutan bidding walaupun agak sedikit pesimis karena yang ikut sudah punya pengalaman dan sertifikasi, tapi saya pikir 'nothing to loose' lah. Toh gagal pun saya tidak mengalami kerugian finansial apa pun,” tuturnya.
Beberapa hari kemudian, Reni menerima pemberitahuan kalau project tersebut jatuh ke akunnya atau disebut awarded. Ketika memulai mengerjakan project itu, ternyata memang tidak sulit, dan bisa dilakukan per hari dalam waktu 1-2 jam saja, dari Senin sampai Jumat secara online dari rumah.
“Saya dibayar per kata dari yang saya terjemahkan. Pembayarannya sebulan sekali sesuai kesepakatan, dan setiap bulannya saya bisa mendapatkan 1-2 juta, dan itu masih bisa lebih,” ujarnya meyakinkan.  
Bagaimana cara mendapatkan pekerjaan atau project saat menjadi brayer ?  Caranya mudah, kalau kita sudah jadi member di suatu situs penyedia jasa pengerjaan pekerjaan pekerjaan kecil, Tiny Jobs Indonesia.
Reni mengaku dengan menjadi member di situs, ia tinggal ikut melakukan penawaran proyek-proyek yang tersedia di sana, disesuaikan dengan skill atau keahlian yang dimiliki. Berikutnya, kita tentukan berapa nilai proyek dan durasi proyek yang kita tawarkan, lalu membuat proposal singkat untuk meyakinkan user bahwa kita pantas mendapatkan project mereka. Lalu kita tinggal menunggu notifikasi atau pemberitahuan berikutnya.
Disampaikan Reni, setiap hari ada ratusan pekerjaan yang ditawarkan oleh seluruh  user dari seluruh Jogya. Triknya, penting sekali untuk memilih user yang sudah mempunyai sistem pembayaran yang sudah terverifikasi, dan mereka mau membuat  tanda jadi alias uang muka.
Jika dilihat dari sisi penghasilan, sebenarnya dunia brayer dan dunia kerja yang formal sama-sama menjanjikan. Semua tergantung dari kerja keras dan kemauan kita. Banyak malah yang mempunyai penghasilan lebih besar sebagai brayer dibandingkan pekerjaan umumnya. Malah, tidak sedikit yang kemudian berhenti bekerja dan memilih untuk menjadikan brayer sebagai sumber utama penghasilannya.
“Apalagi untuk seorang wanita dan ibu seperti saya, sekali lagi nilainya akan lebih tinggi dibandingkan jika kita bekerja kantoran,” ujarnya.
Namun lagi-lagi ini soal pilihan. Karena budaya di Indonesia lebih melihat bukan sekadar penghasilan tapi juga jenjang karier. Berbicara karier, tentu saja hal ini tidak ada dalam dunia brayer. Kembali lagi, semua itu pilihan.

No comments:

Post a Comment